Bahlil Lahadalia: Kontroversi dan Kecaman Netizen di Era Prabowo-Gibran

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia sejak awal masa jabatan di era pemerintahan Prabowo-Gibran kerap menjadi sorotan. Dalam 100 hari pertama Kabinet Prabowo-Gibran, survei Center of Economic and Law Studies (Celios) menempatkan Bahlil sebagai salah satu menteri berkinerja terburuk. Survei tersebut memicu reaksi keras. Golkar menyebut hasilnya “Tidak Objektif” karena tidak mempertimbangkan semua sektor kerja Bahlil secara menyeluruh.

Di media sosial, nama Bahlil bahkan terus menjadi trending topic, misalnya kasus antrean LPG 3 kg yang membuatnya disebut lebih dari 100 ribu kali dalam cuitan netizen.

Isu-isu yang Memicu Kecaman Netizen terhadap Bahlil Lahadalia

Isu-isu yang Memicu Kecaman Netizen terhadap Bahlil Lahadalia

Berbagai kebijakan dan pernyataannya menuai kecaman netizen, yang sering mengungkapkan kekecewaan dan sindiran pedas di Twitter (X) dan platform lainnya. Sebagai gambaran, beberapa isu utama yang ramai dikritik publik antara lain:

  • Gelar Doktor UI Kontroversial: Netizen mempertanyakan kecepatan Bahlil meraih gelar S3 dari Universitas Indonesia. Mereka menyoroti bahwa Bahlil meraih gelar doktor cumlaude hanya dalam waktu kurang dari dua tahun, sesuatu yang dianggap tak lazim. Sebuah unggahan di X (Twitter) menyebut, “UI berkwalitas, entah sekarang‼️”, mengisyaratkan skeptisme publik.

  • Kebijakan LPG 3 Kg: Kebijakan pembatasan penjualan LPG 3 kg di tingkat pengecer membuat antrean panjang dan kemarahan publik. Netizen mendesak Presiden Prabowo memecat Bahlil sebagai bentuk tanggung jawab atas insiden kematian warga saat antre LPG.

  • Sindiran #KaburAjaDulu: Saat tren #KaburAjaDulu (anak muda ingin pindah ke luar negeri) muncul, Bahlil mempertanyakan “nasionalisme” pendukung gerakan ini. Netizen justru membalas bahwa masalah bukan nasionalisme, melainkan krisis lapangan kerja. Misalnya, seorang netizen menanggapi, “Saya malah meragukan kinerja bapak”. Ada juga komentar, “Bukan masalah nasionalisme pak, kita kerja di sini gak dihargai”.

  • Gaya Kepemimpinan dan Komunikasi: Momen Bahlil tampak kesal kepada wartawan yang bertanya tentang gas LPG viral dan menuai cemoohan. Netizen menulis, “Baru gitu aja kesel, apalagi rakyat yang harus antre beli LPG 3 kg”. Lainnya menyebut, “Konsep berpikirnya Bahlil yang korslet” atau “Memang nggak pantas si Bahlil ini jadi pejabat”, menunjukkan kekecewaan publik terhadap sikapnya.

  • Isu Tambang dan Oligarki: Sebelumnya, isu tambang nikel di Pulau Gag (Raja Ampat) juga memancing kritik.

    Mantan pejabat BUMN Said Didu menuding Bahlil lebih keras menegur BUMN ketimbang perusahaan milik konglomerat, seolah melindungi kepentingan swasta kuat (oligarki). Tuduhan ini menambah kecurigaan netizen bahwa kebijakan Bahlil kurang berpihak pada rakyat kecil.

Secara keseluruhan, gabungan isu-isu di atas memicu gelombang kecaman publik. Data media sosial menunjukkan efeknya, nama Bahlil Lahadalia berkali-kali mendominasi trending di platform X (Twitter) regional Indonesia. Media Suara.com melaporkan gelombang protes setelah seorang lansia meninggal antre LPG, hingga tagar menuntut “Pecat Bahlil” viral.

Komentar netizen mencerminkan alasan kemarahan tersebut, banyak yang menilai Bahlil tidak peka terhadap penderitaan masyarakat serta inkonsistensi kebijakan yang justru membebani rakyat. Misalnya, pengamat ekonomi Prastowo Yustinus mengatakan warga jadi “kelinci percobaan” kebijakan LPG baru yang kurang sosialisasi.

Kendati begitu, pihak Partai Golkar menanggapinya berbeda, Wakil Golkar bahkan menilai serangan digital kepada Bahlil sebagai “teror digital” yang berbahaya, dan Ketua Fraksi Golkar menyebut Bahlil sebagai “korban” polemik tambang.

Kutipan Pedas Netizen Terhadap Bahlil Lahadalia

Kutipan Pedas Netizen Terhadap Bahlil Lahadalia

Beberapa kutipan berikut menunjukkan betapa pedasnya tanggapan netizen terhadap Bahlil:

  • “Saya malah meragukan kinerja bapak,” komentar netizen menanggapi pernyataan Bahlil soal nasionalisme.

  • “Pak Prabowo, pecat Bahlil segera. Bila Anda memang punya jiwa humanis tinggi, segera bertindak,” cuit seorang pengguna X saat ramai tagar #PecatBahlil terkait antrean LPG.

  • “Susah bener hidup di Indonesia ini, beli gas aja harus ngantri, mana selama ngantri bisa aja kehilangan nyawa,” sindir netizen lain mengkritik kebijakan LPG.

  • “Konsep berpikirnya Bahlil yang korslet,” tulis pengguna X @opin setelah melihat Bahlil menjawab wartawan soal LPG.

  • “Memang nggak pantas si Bahlil ini jadi pejabat. Ke wartawan saja songong,” ujar @harry ketika netizen menyoroti kemarahan Bahlil kepada media.

  • Bahkan ada yang memelesetkan namanya, “Si Bahlul nggak ada simpati-simpatinya,” sindiran kasar saat menuntut ia mundur.

Reaksi keras seperti di atas menunjukkan sikap netizen yang sangat kritis terhadap Bahlil. Banyak dari mereka merasa kebijakan-kebijakan Bahlil tidak berpihak pada rakyat kecil. Istilah “gajah di pelupuk mata” muncul ketika Bahlil dianggap lebih fokus menegur rakyat kecil daripada menertibkan perusahaan besar.

Misalnya, tudingan bahwa Bahlil bersikap “hanya mencari popularitas” sambil “melindungi tambang milik oligarki” pernah disuarakan oleh Said Didu. Selain itu, kecepatan Bahlil mendapatkan gelar doktor memicu anggapan netizen bahwa mungkin ada prosedur yang dipermudah untuk pejabat, sebuah tudingan pengabaian meritokrasi.

Ringkasnya, pandangan netizen dipengaruhi oleh kombinasi faktor kebijakan kontroversial, gaya komunikasi blak-blakan, dan persepsi ketidakadilan. Kebijakan LPG 3 kg yang memberatkan masyarakat yang kurang mampu, cerita antrean panjang hingga kematian, atau tuduhan nepotisme dan perlakuan istimewa, membuat banyak netizen kecewa.

Komentar pedas yang beredar di media sosial mencerminkan ketidakpuasan itu. Sebagai pejabat publik, Bahlil pun disorot lebih ketat, bahkan media memberitakan kalau sejumlah netizen membuat petisi menuntut mundurnya ia dari jabatan.

Demikianlah gambaran mengapa kecaman netizen terhadap Bahlil Lahadalia semakin banyak. Setiap pernyataan atau kebijakan Bahlil kini ditelaah lewat lensa publik yang kritis. Pihak pendukungnya berpendapat kritik tersebut berlebihan, namun fakta reaksi luas di media sosial menunjukkan bahwa banyak masyarakat merasa resah.

Akhirnya, sikap dan kebijakan Bahlil dipertanyakan secara terbuka, mencerminkan iklim diskusi publik di era digital di mana pejabat mudah menjadi pusat kontroversi jika dianggap kurang berempati atau tidak konsisten. Satu hal pasti: nama Bahlil Lahadalia tetap menarik perhatian, namun kerap kali karena kontroversi yang melibatkannya.

 
Lihat di Threads

You might also like
Anomali Tung Tung Sahur dan Hak Cipta AI, Kontroversi Noxa vs Garena

Anomali Tung Tung Sahur dan Hak Cipta AI, Kontroversi Noxa vs Garena

Joan Murray: Keajaiban Penerjun Payung yang Jatuh dari 4.400 Meter

Joan Murray: Keajaiban Penerjun Payung yang Jatuh dari 4.400 Meter

Luhut Binsar Pandjaitan dan Badai Kritik Netizen

Luhut Binsar Pandjaitan dan Badai Kritik Netizen

Nikel: Logam Strategis yang Dicari Dunia

Nikel: Logam Strategis yang Dicari Dunia