Menjadi ibu yang baik bukan berarti harus sempurna, melainkan tentang hadir dengan penuh cinta, memberikan perhatian pada anak, dan melakukan yang terbaik di tengah kekacauan indahnya kehidupan sebagai orangtua. Artinya, kita memahami bahwa akan ada pasang surut, momen keraguan, dan saat-saat di mana semua jawaban belum kita temukan. Yang paling penting adalah menciptakan ruang yang aman dan penuh kasih agar anak merasa didengar, dihargai, dan dicintai, meskipun keadaan tidak selalu sempurna.
Berikut ini adalah 13 tips untuk menjadi ibu yang baik:
Saat bunda mendengarkan dengan aktif, bunda tidak hanya menangkap kata-kata, tetapi juga emosi, pikiran, dan kebutuhan di baliknya. Hal ini menunjukkan kepada anak bahwa perasaannya penting dan ia dipahami, sehingga membangun kepercayaan dan memperkuat ikatan. Dengan mendengarkan dengan seksama, bunda bisa lebih memahami apa yang sedang dialami anak dan memberikan dukungan yang tepat, entah itu bimbingan, penghiburan, atau sekadar mendengarkan tanpa menghakimi.
Daripada bereaksi secara impulsif terhadap perilaku anak, coba amati dan pahami apa yang sedang disampaikan melalui perilakunya. Setiap perilaku adalah cara anak berkomunikasi, terutama ketika mereka belum memiliki kata-kata atau kesadaran untuk mengungkapkannya. Alih-alih menganggap perilaku sebagai “nakal” atau “membangkang”, pandanglah itu sebagai petunjuk penting tentang dunia batin anak. Misalnya, ketika anak meledak-ledak, itu bisa jadi cara mereka meminta perhatian, merespon rasa kewalahan, atau frustrasi karena kesulitan mengekspresikan kebutuhan. Anak yang menarik diri mungkin sedang merasa cemas, lelah, atau bingung cara meminta bantuan.
Anak adalah individu unik dengan pikiran, perasaan, dan minatnya sendiri. Penting bagi bunda untuk menghargai keunikan ini, tanpa mengharapkan mereka berpikir, merasa, atau bertindak persis seperti bunda. Dorong anak untuk mengeksplorasi perspektif mereka sendiri dan membuat pilihan, meski terkadang berbeda dengan harapan bunda. Misalnya, ketika anak menyampaikan ide atau perasaannya, beri ruang bagi mereka untuk mengungkapkannya secara penuh sebelum bunda merespon dengan pertanyaan yang menunjukkan ketertarikan, seperti “Apa yang membuat bunda berpikir begitu?” atau “Bagaimana perasaan bunda saat itu?”
Merawat diri sendiri adalah hal yang esensial. Menjadi ibu adalah pekerjaan yang berat, sehingga bunda pun perlu waktu untuk istirahat dan mengisi ulang energi. Ketika bunda merasa segar dan rileks, kesabaran, energi, dan sikap positif bunda pun akan lebih banyak untuk dibagikan. Selain itu, anak belajar dari contoh; dengan melihat bunda mengutamakan perawatan diri, mereka memahami bahwa merawat diri bukanlah tindakan egois, melainkan kebutuhan untuk bisa memberikan yang terbaik bagi diri sendiri dan orang lain.
Pola asuh anak adalah pekerjaan yang menantang, dan bunda tidak perlu melakukannya sendiri. Berbagi tanggung jawab dengan pasangan, keluarga, atau pengasuh terpercaya memberi kesempatan bagi bunda untuk beristirahat dan merawat diri sendiri, yang sangat penting untuk menjaga keseimbangan. Dengan begitu, bunda bisa lebih hadir dan terlibat secara penuh saat bersama anak.
Memperkenalkan “bahasa perasaan” sejak dini membantu anak mengembangkan kosakata untuk mengidentifikasi, mengekspresikan, dan memahami emosinya. Alih-alih hanya menggambarkan situasi atau perilaku, gunakan kata-kata seperti senang, sedih, frustrasi, cemas, bersemangat, atau bingung untuk melabeli perasaan yang mendasari. Kita juga bisa memperkenalkan perasaan yang lebih halus, seperti kecewa, bangga, malu, atau gugup, untuk memperluas pemahaman emosional mereka. Misalnya, daripada hanya bertanya “Kok bunda terlihat tidak baik?” ketika anak tampak menarik diri, coba tanyakan “Apakah bunda merasa kewalahan atau ada yang mengganggu bunda?”
Permintaan maaf memiliki dampak yang besar pada anak dan membuat mereka merasa dihargai. Jika bunda kehilangan kendali atau membuat penilaian yang tidak adil, mengucapkan “Maaf, bunda tadi kehilangan kesabaran; bunda merasa frustrasi, tapi bunda tahu itu tidak adil untukmu,” dapat sangat berarti. Dengan meminta maaf secara tulus, bunda juga mengajarkan anak bahwa memperbaiki hubungan setelah konflik adalah bagian penting dari kehidupan, dan bahwa meminta maaf bukanlah tanda kelemahan, melainkan kekuatan dan empati.
Dengan menunjukkan perilaku empatik, bunda mengajarkan anak untuk menjadi pribadi yang peduli dan penuh empati. Ketika anak melihat bunda bersikap ramah pada orang asing, berkomunikasi dengan hormat dengan pasangan, atau menikmati cerita karakter di televisi, mereka pun akan meniru sikap tersebut dalam kehidupan mereka sendiri.
Setiap anak memiliki keunikan dan laju perkembangan masing-masing. Membandingkan anak dengan saudara, teman, atau teman sebaya dapat secara tidak sengaja menyampaikan pesan bahwa mereka tidak cukup baik. Hal ini bisa merusak kepercayaan diri dan menimbulkan kecemasan. Sebaliknya, fokuslah pada kelebihan unik anak. Misalnya, jika anak kesulitan membaca tetapi memiliki bakat dalam membangun sesuatu, hargai kemampuan problem solving dan kreativitas mereka.
Tunjukkan antusiasme dan ketertarikan yang tulus pada apa yang menjadi passion anak. Ketika bunda mendukung minat mereka, pesan yang disampaikan adalah bahwa apa yang penting bagi anak juga penting bagi bunda. Jika anak tertarik dengan dinosaurus, misalnya, ikuti mereka membaca buku, kunjungi museum sejarah alam, atau tonton dokumenter bersama. Atau jika anak menyukai sebuah permainan video, tanya apa yang membuat permainan itu seru dan menantang, bahkan coba bermain bersama mereka.
Pahami bahwa setiap anak memiliki kepribadian yang unik—ada yang lebih ekstrover dan senang bersosialisasi, dan ada pula yang introver dan lebih nyaman dalam suasana yang tenang. Daripada memaksa mereka untuk sesuai dengan pola tertentu, dukung dan beri ruang bagi mereka untuk tumbuh sesuai dengan kecenderungan alami masing-masing.
Menghabiskan waktu khusus bersama anak sangat berharga, terutama di rumah yang sibuk dengan banyak saudara. Waktu khusus ini membantu memperkuat ikatan, membangun kepercayaan, dan membuat anak merasa dihargai sebagai individu. Walaupun hanya waktu singkat, seperti membaca bersama, bermain game favorit, atau berjalan-jalan, momen tersebut memiliki dampak besar pada hubungan bunda dengan anak.
Mempertahankan selera humor dan menyisipkan keceriaan dalam setiap momen bersama anak adalah cara terbaik untuk mempererat hubungan dan menciptakan suasana keluarga yang bahagia. Hidup memang penuh tekanan, namun dengan meluangkan waktu untuk tertawa, bercanda, dan bermain bersama, suasana hati semua orang menjadi lebih rileks dan terhubung. Anak juga belajar bahwa menemukan sisi ringan dari situasi sulit adalah cara yang sehat untuk menghadapi masalah.
Perasaan bersalah sebagai ibu (mom guilt) adalah hal yang umum dirasakan, dan mudah bagi bunda untuk merasa terbebani oleh kekurangan yang dianggap ada dan ekspektasi yang terlalu tinggi. Namun, terus-menerus larut dalam perasaan negatif tersebut tidak sehat bagi bunda maupun anak. Penting untuk mengingat bahwa pola asuh adalah sebuah perjalanan, dan setiap momen adalah kesempatan untuk belajar dan tumbuh.
Berikut beberapa cara untuk menghadapi ketidaksempurnaan sebagai ibu:
Jika peran sebagai ibu terasa sangat membebani hingga rasa ragu menguasai, dan bunda merasa sulit menikmati momen bersama anak, mungkin sudah saatnya untuk mencari bantuan. Tidak apa-apa meminta dukungan ketika bunda merasa terjebak, terutama jika keraguan tersebut mulai berubah menjadi perasaan depresi atau kecemasan. Seorang profesional bisa memberikan panduan, perspektif baru, dan alat untuk membantu bunda merasa lebih terkendali dan damai.
“Ada berbagai pendekatan pola asuh yang memberikan keterampilan bagi seorang ibu untuk mendengarkan anak dengan baik, memahami perilaku positif maupun yang membingungkan, dan menyelesaikan masalah bersama anak secara kolaboratif.
Pandangan menjadi sangat optimis ketika nilai pola asuh dipahami, kebutuhan perkembangan anak diidentifikasi, dan cara menggabungkan berbagai situasi kehidupan yang memengaruhi keluarga, seperti sumber daya ekonomi, karier, dan dukungan pribadi ditemukan. Seorang ibu yang melihat dirinya memiliki peran penting akan memandang anaknya sebagai individu, bukan sekadar bagian dari rencana perkembangan yang sudah ditetapkan.”