13 Tips Cara Menjadi Ibu yang Baik Bagi Anak (Bukan Ibu Yang Sempurna)

Menjadi ibu yang baik bukan berarti harus sempurna, melainkan tentang hadir dengan penuh cinta, memberikan perhatian pada anak, dan melakukan yang terbaik di tengah kekacauan indahnya kehidupan sebagai orangtua. Artinya, kita memahami bahwa akan ada pasang surut, momen keraguan, dan saat-saat di mana semua jawaban belum kita temukan. Yang paling penting adalah menciptakan ruang yang aman dan penuh kasih agar anak merasa didengar, dihargai, dan dicintai, meskipun keadaan tidak selalu sempurna.

Tips Menjadi Ibu yang Baik

Berikut ini adalah 13 tips untuk menjadi ibu yang baik:

1. Dengarkan dengan Aktif

Saat bunda mendengarkan dengan aktif, bunda tidak hanya menangkap kata-kata, tetapi juga emosi, pikiran, dan kebutuhan di baliknya. Hal ini menunjukkan kepada anak bahwa perasaannya penting dan ia dipahami, sehingga membangun kepercayaan dan memperkuat ikatan. Dengan mendengarkan dengan seksama, bunda bisa lebih memahami apa yang sedang dialami anak dan memberikan dukungan yang tepat, entah itu bimbingan, penghiburan, atau sekadar mendengarkan tanpa menghakimi.

2. Luangkan Waktu untuk Memahami Perilaku Anak

Daripada bereaksi secara impulsif terhadap perilaku anak, coba amati dan pahami apa yang sedang disampaikan melalui perilakunya. Setiap perilaku adalah cara anak berkomunikasi, terutama ketika mereka belum memiliki kata-kata atau kesadaran untuk mengungkapkannya. Alih-alih menganggap perilaku sebagai “nakal” atau “membangkang”, pandanglah itu sebagai petunjuk penting tentang dunia batin anak. Misalnya, ketika anak meledak-ledak, itu bisa jadi cara mereka meminta perhatian, merespon rasa kewalahan, atau frustrasi karena kesulitan mengekspresikan kebutuhan. Anak yang menarik diri mungkin sedang merasa cemas, lelah, atau bingung cara meminta bantuan.

3. Hargai Keunikan Anak

Anak adalah individu unik dengan pikiran, perasaan, dan minatnya sendiri. Penting bagi bunda untuk menghargai keunikan ini, tanpa mengharapkan mereka berpikir, merasa, atau bertindak persis seperti bunda. Dorong anak untuk mengeksplorasi perspektif mereka sendiri dan membuat pilihan, meski terkadang berbeda dengan harapan bunda. Misalnya, ketika anak menyampaikan ide atau perasaannya, beri ruang bagi mereka untuk mengungkapkannya secara penuh sebelum bunda merespon dengan pertanyaan yang menunjukkan ketertarikan, seperti “Apa yang membuat bunda berpikir begitu?” atau “Bagaimana perasaan bunda saat itu?”

4. Sisihkan Waktu untuk Perawatan Diri

Merawat diri sendiri adalah hal yang esensial. Menjadi ibu adalah pekerjaan yang berat, sehingga bunda pun perlu waktu untuk istirahat dan mengisi ulang energi. Ketika bunda merasa segar dan rileks, kesabaran, energi, dan sikap positif bunda pun akan lebih banyak untuk dibagikan. Selain itu, anak belajar dari contoh; dengan melihat bunda mengutamakan perawatan diri, mereka memahami bahwa merawat diri bukanlah tindakan egois, melainkan kebutuhan untuk bisa memberikan yang terbaik bagi diri sendiri dan orang lain.

5. Bagi Tanggung Jawab Parenting dengan Orang Lain

Pola asuh anak adalah pekerjaan yang menantang, dan bunda tidak perlu melakukannya sendiri. Berbagi tanggung jawab dengan pasangan, keluarga, atau pengasuh terpercaya memberi kesempatan bagi bunda untuk beristirahat dan merawat diri sendiri, yang sangat penting untuk menjaga keseimbangan. Dengan begitu, bunda bisa lebih hadir dan terlibat secara penuh saat bersama anak.

6. Gunakan Bahasa yang Kaya Emosi

Memperkenalkan “bahasa perasaan” sejak dini membantu anak mengembangkan kosakata untuk mengidentifikasi, mengekspresikan, dan memahami emosinya. Alih-alih hanya menggambarkan situasi atau perilaku, gunakan kata-kata seperti senang, sedih, frustrasi, cemas, bersemangat, atau bingung untuk melabeli perasaan yang mendasari. Kita juga bisa memperkenalkan perasaan yang lebih halus, seperti kecewa, bangga, malu, atau gugup, untuk memperluas pemahaman emosional mereka. Misalnya, daripada hanya bertanya “Kok bunda terlihat tidak baik?” ketika anak tampak menarik diri, coba tanyakan “Apakah bunda merasa kewalahan atau ada yang mengganggu bunda?”

7. Bersedia untuk Meminta Maaf

Permintaan maaf memiliki dampak yang besar pada anak dan membuat mereka merasa dihargai. Jika bunda kehilangan kendali atau membuat penilaian yang tidak adil, mengucapkan “Maaf, bunda tadi kehilangan kesabaran; bunda merasa frustrasi, tapi bunda tahu itu tidak adil untukmu,” dapat sangat berarti. Dengan meminta maaf secara tulus, bunda juga mengajarkan anak bahwa memperbaiki hubungan setelah konflik adalah bagian penting dari kehidupan, dan bahwa meminta maaf bukanlah tanda kelemahan, melainkan kekuatan dan empati.

8. Jadikan Empati sebagai Bagian dari Kehidupan Sehari-hari

Dengan menunjukkan perilaku empatik, bunda mengajarkan anak untuk menjadi pribadi yang peduli dan penuh empati. Ketika anak melihat bunda bersikap ramah pada orang asing, berkomunikasi dengan hormat dengan pasangan, atau menikmati cerita karakter di televisi, mereka pun akan meniru sikap tersebut dalam kehidupan mereka sendiri.

9. Hindari Perbandingan

Setiap anak memiliki keunikan dan laju perkembangan masing-masing. Membandingkan anak dengan saudara, teman, atau teman sebaya dapat secara tidak sengaja menyampaikan pesan bahwa mereka tidak cukup baik. Hal ini bisa merusak kepercayaan diri dan menimbulkan kecemasan. Sebaliknya, fokuslah pada kelebihan unik anak. Misalnya, jika anak kesulitan membaca tetapi memiliki bakat dalam membangun sesuatu, hargai kemampuan problem solving dan kreativitas mereka.

10. Tunjukkan Ketertarikan pada Minat Anak

Tunjukkan antusiasme dan ketertarikan yang tulus pada apa yang menjadi passion anak. Ketika bunda mendukung minat mereka, pesan yang disampaikan adalah bahwa apa yang penting bagi anak juga penting bagi bunda. Jika anak tertarik dengan dinosaurus, misalnya, ikuti mereka membaca buku, kunjungi museum sejarah alam, atau tonton dokumenter bersama. Atau jika anak menyukai sebuah permainan video, tanya apa yang membuat permainan itu seru dan menantang, bahkan coba bermain bersama mereka.

11. Hargai Kepribadian yang Berbeda

Pahami bahwa setiap anak memiliki kepribadian yang unik—ada yang lebih ekstrover dan senang bersosialisasi, dan ada pula yang introver dan lebih nyaman dalam suasana yang tenang. Daripada memaksa mereka untuk sesuai dengan pola tertentu, dukung dan beri ruang bagi mereka untuk tumbuh sesuai dengan kecenderungan alami masing-masing.

12. Luangkan Waktu Khusus Satu-satu

Menghabiskan waktu khusus bersama anak sangat berharga, terutama di rumah yang sibuk dengan banyak saudara. Waktu khusus ini membantu memperkuat ikatan, membangun kepercayaan, dan membuat anak merasa dihargai sebagai individu. Walaupun hanya waktu singkat, seperti membaca bersama, bermain game favorit, atau berjalan-jalan, momen tersebut memiliki dampak besar pada hubungan bunda dengan anak.

13. Jaga Suasana Tetap Ringan dan Menyenangkan

Mempertahankan selera humor dan menyisipkan keceriaan dalam setiap momen bersama anak adalah cara terbaik untuk mempererat hubungan dan menciptakan suasana keluarga yang bahagia. Hidup memang penuh tekanan, namun dengan meluangkan waktu untuk tertawa, bercanda, dan bermain bersama, suasana hati semua orang menjadi lebih rileks dan terhubung. Anak juga belajar bahwa menemukan sisi ringan dari situasi sulit adalah cara yang sehat untuk menghadapi masalah.

Cara Menghadapi Ketidaksempurnaan sebagai Ibu

Perasaan bersalah sebagai ibu (mom guilt) adalah hal yang umum dirasakan, dan mudah bagi bunda untuk merasa terbebani oleh kekurangan yang dianggap ada dan ekspektasi yang terlalu tinggi. Namun, terus-menerus larut dalam perasaan negatif tersebut tidak sehat bagi bunda maupun anak. Penting untuk mengingat bahwa pola asuh adalah sebuah perjalanan, dan setiap momen adalah kesempatan untuk belajar dan tumbuh.

Berikut beberapa cara untuk menghadapi ketidaksempurnaan sebagai ibu:

  • Akui Perasaan: Pahami bahwa rasa bersalah sebagai ibu adalah hal yang umum dan bukan tanda kegagalan. Izinkan diri bunda merasakannya tanpa menghakimi, karena itu adalah wajar jika bunda sangat peduli terhadap kesejahteraan anak.
  • Identifikasi Sumber Rasa Bersalah: Renungkan apa yang sebenarnya menjadi penyebab rasa bersalah bunda. Apakah karena tekanan sosial, ekspektasi yang tidak realistis, atau kesalahan yang terjadi? Memahami akar masalah akan membantu bunda mengatasinya dengan lebih efektif.
  • Terima Ketidaksempurnaan sebagai Bagian dari Kehidupan: Sadari bahwa ketidaksempurnaan adalah hal yang alami dan merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan. Hidup penuh dengan pasang surut, dan menerima hal ini dapat membantu bunda melepaskan rasa bersalah atas kesalahan kecil atau ekspektasi yang belum terpenuhi. Ingatlah, menjadi ibu yang baik tidak berarti harus sempurna.
  • Buat Rutinitas Perawatan Diri: Prioritaskan waktu untuk diri sendiri agar tetap bugar dan terjaga kesejahteraannya. Entah itu dengan menjalani hobi favorit, menikmati secangkir teh di waktu senggang, atau melakukan olahraga singkat, tindakan kecil ini membantu bunda tetap terkendali dan lebih hadir untuk anak. Ingat, bunda tidak bisa menuangkan dari cangkir yang kosong.
  • Latih Kasih Sayang pada Diri Sendiri: Perlakukan diri bunda dengan kebaikan dan pengertian layaknya saat bunda menasihati teman. Ingatkan diri bahwa setiap ibu menghadapi tekanan yang banyak dan tidak apa-apa jika bunda belum menemukan semua jawabannya.
  • Ingat Setiap Keberhasilan Bunda: Catat hal-hal positif yang telah bunda lakukan. Renungkan momen-momen sukses dan cara bunda mendukung anak. Hal ini akan membantu menggeser fokus dari rasa bersalah menuju apresiasi atas upaya bunda.
  • Bergabung dengan Kelompok Dukungan Ibu: Berbagi perasaan dengan ibu-ibu lain bisa memberikan jaminan bahwa bunda tidak sendirian. Banyak dari mereka mengalami hal serupa dan bisa memberikan empati, dukungan, serta saran yang berguna.
  • Tetapkan Batasan di Media Sosial: Mengurangi waktu di media sosial akan membantu bunda terhindar dari gambaran ideal tentang keibuan yang seringkali membuat bunda merasa “kurang.” Ingatlah bahwa media sosial biasanya hanya menampilkan momen-momen terbaik, bukan kehidupan yang sebenarnya.
  • Sadari Bahwa Wajar Menikmati Tahap Tertentu Lebih dari yang Lain: Setiap ibu mungkin memiliki tahap keibuan yang lebih disukai, entah itu bermain dengan bayi, membaca bersama anak usia lima tahun, atau berdiskusi dengan remaja. Tidak apa-apa jika bunda memiliki preferensi; berikan perhatian pada setiap tahap tanpa merasa bersalah.
  • Ingat Nilai Diri Bunda di Luar Peran Sebagai Ibu: Mudah bagi bunda untuk melupakan identitas diri di luar peran sebagai ibu. Namun, penting untuk mengakui bahwa bunda memiliki nilai unik yang juga berasal dari kegiatan lain, seperti membaca, berolahraga, atau menjalani hobi. Hal ini mengingatkan bunda bahwa identitas diri tidak semata-mata bergantung pada peran keibuan.

Kapan Harus Mencari Dukungan Profesional

Jika peran sebagai ibu terasa sangat membebani hingga rasa ragu menguasai, dan bunda merasa sulit menikmati momen bersama anak, mungkin sudah saatnya untuk mencari bantuan. Tidak apa-apa meminta dukungan ketika bunda merasa terjebak, terutama jika keraguan tersebut mulai berubah menjadi perasaan depresi atau kecemasan. Seorang profesional bisa memberikan panduan, perspektif baru, dan alat untuk membantu bunda merasa lebih terkendali dan damai.

“Ada berbagai pendekatan pola asuh yang memberikan keterampilan bagi seorang ibu untuk mendengarkan anak dengan baik, memahami perilaku positif maupun yang membingungkan, dan menyelesaikan masalah bersama anak secara kolaboratif.

Pandangan menjadi sangat optimis ketika nilai pola asuh dipahami, kebutuhan perkembangan anak diidentifikasi, dan cara menggabungkan berbagai situasi kehidupan yang memengaruhi keluarga, seperti sumber daya ekonomi, karier, dan dukungan pribadi ditemukan. Seorang ibu yang melihat dirinya memiliki peran penting akan memandang anaknya sebagai individu, bukan sekadar bagian dari rencana perkembangan yang sudah ditetapkan.”

Laurie Hollman, PhD

You might also like
Kelamin Bayi Perempuan Berdarah, Normal atau Berbahaya?

Kelamin Bayi Perempuan Berdarah, Normal atau Berbahaya?

Apa itu Manipulatif? 12 Tanda dan Jenis-jenis Perilaku Manipulatif

Apa itu Manipulatif? 12 Tanda dan Jenis-jenis Perilaku Manipulatif

Tawuran Antar Pelajar di Indonesia, Kegagalan Sistem atau Masalah Moralitas

Tawuran Antar Pelajar di Indonesia, Kegagalan Sistem atau Masalah Moralitas

10 Jenis Makanan Alami yang Berbahaya Untuk Ibu Hamil Yang Wajib Diketahui

10 Jenis Makanan Alami yang Berbahaya Untuk Ibu Hamil Yang Wajib Diketahui