Joan Murray adalah seorang eksekutif Bank of America asal Charlotte, North Carolina, yang dikenal sebagai penerjun payung berpengalaman. Pada 25 September 1999, ia melakukan lompatan terjun payung ke-36 dalam hidupnya dari ketinggian sekitar 4.400 meter. Tidak ada yang menyangka bahwa dari ketinggian tersebut ia akan jatuh bebas dalam situasi nyaris fatal.
Fakta medis menyebutkan bahwa jatuh dari ketinggian lebih dari 80 kaki (24 meter) hampir pasti fatal. Tinggal landas dari pesawat pada ketinggian 14.500 kaki (4.400 meter), kecepatan terminal tanpa parasut bisa mencapai sekitar 241 km/jam. Tak heran cerita Murray dianggap sebagai keajaiban yang sulit dipercaya.
Joan Murray adalah wanita berusia 47 tahun berprofesi bankir yang tinggal di Charlotte, North Carolina. Kariernya sebagai eksekutif Bank of America menunjukkan bahwa ia terbiasa dengan disiplin tinggi dan perhitungan matang. Ia mulai jatuh cinta dengan dunia skydiving sejak muda, dan tercatat sudah melakukan sekitar 35 kali terjun sebelum peristiwa 1999 terjadi. Joan cukup berpengalaman sebagai penerjun payung, beberapa lompatan dilakukannya secara solo dengan parasut utamanya.
Sebagai sosok pekerja bank, ia tentu memahami betul soal tanggung jawab dan kewajiban, termasuk aspek keuangan seperti pajak. Dalam kesehariannya, Murray juga memperhatikan gaya hidup sehat dan asupan nutrisi untuk menjaga kebugaran demi hobinya yang ekstrem.
Pada 25 September 1999, cuaca di Chester County, Carolina Selatan cukup bersahabat untuk penerjunan. Murray menaiki pesawat kecil yang membawa beberapa penerjun payung lainnya untuk menguji peralatan baru. Sekitar pukul tertentu, pintu pesawat terbuka pada ketinggian 4.400 meter dan Murray melompat keluar. Segera setelah loncatan, masalah muncul, parasut utamanya tidak berfungsi karena malfungsi alat pembuka, sehingga ia mulai jatuh bebas tanpa kendali. Badan Joan berputar tak terkendali karena kehilangan kestabilan saat mulai jatuh.
Setelah beberapa detik yang tampaknya tak berujung, Joan memutuskan memotong parasut utamanya dengan cutter dan menarik tali parasut cadangan. Parasut cadangan memang terpasang di punggungnya dan terbuka ketika ia sudah menyisakan sekitar 213 meter lagi menuju permukaan. Namun karena tubuh Joan masih berputar kencang ketika parasut cadangan mengembang, parasut tersebut membelit dan kusut. Parasut cadangan itu akhirnya gagal memperlambat lajunya secara signifikan.
Dalam jarak pendek menjelang tanah, Joan tetap meluncur dengan kecepatan sekitar 128 km/jam (80 mph). Kecepatan ini mendekati kecepatan terminal tubuh manusia tanpa parasut, sehingga kondisi keselamatannya benar-benar kritis.
Pemeriksaan setelah kecelakaan menunjukkan bahwa alat pemicu parasut utamanya mengalami kerusakan atau malfungsi sehingga parasut tidak mengembang saat ia memerlukannya. Tim investigasi tidak menemukan indikasi kecurangan atau kerusakan mekanis yang disengaja, kejadian tersebut adalah kecelakaan peralatan yang langka. Bahkan saat parasut cadangan berfungsi terbuka di ketinggian sangat rendah, posisi tubuh yang terus berputar menyebabkan tali parasut tersangkut satu sama lain.
Dalam hitungan detik, Joan tidak lagi menguasai arah jatuhnya. Menurut laporan media luar negeri, “parasut utamanya sama sekali tidak memberikan efek apa pun” saat ia menarik tali (dalam istilah awak media, hanya menghasilkan putaran kosong). Kenyataan tersebut membuat ia terus meluncur bebas hingga bertabrakan dengan tanah datar.
Tubuh Joan Murray menghantam tanah lapang dengan keras pada kecepatan penuh, tepat di tengah area yang terbuka tanpa penyangga apa pun. Tumbukan hebat itu membuatnya langsung tidak sadarkan diri, dengan banyak tulang patah dari kepala sampai kaki. Namun mukjizat kecil terjadi, saat tubuhnya tergeletak tak berdaya, ia mendarat tepat di atas gundukan ratusan semut api merah yang sangat agresif.
Ketika sadar, Joan merasakan sengatan menyengat di sekujur punggungnya dan di banyak bagian tubuhnya. Setiap kali semut api menggigit, ia merasakan nyeri hebat, tapi hal itulah yang entah bagaimana menyelamatkannya.
Tim paramedis yang tiba melihat tubuh Murray dalam kondisi mengenaskan, dikerumuni ratusan semut api yang menggigitnya tanpa ampun. Mereka segera mengumpulkan semut-semut tersebut dan membawa Murray ke rumah sakit terdekat. Analisis medis pasca-kejadian menunjukkan lebih dari 200 luka gigitan di sekujur tubuhnya. Anehnya, racun semut api itu justru membantu, sengatan berulang-ulang memicu tubuhnya mengeluarkan adrenalin dalam jumlah besar sehingga jantungnya tetap berdetak.
Dalam keadaan nyaris mati suri, tubuh Joan berperang melawan kondisi fatal dengan menggunakan respon kimia tubuh itu. Ia sempat mengalami koma selama hampir dua minggu dan menjalani puluhan operasi rekonstruksi. Tulang-tulangnya yang patah diperbaiki dengan rangkaian batang logam, diperlukan sekitar 17 kali transfusi darah untuk menggantikan darah yang hilang. Meski rusak parah, berita baiknya organ vital, otak, dan organ dalamnya sebagian besar tidak mengalami kerusakan permanen.
Kisah Joan Murray memicu diskusi medis dan ilmiah tentang kemungkinan selamat dari jatuh tinggi. Secara umum, dokter mengatakan bahwa selamat dari jatuh lebih dari 24 meter (80 kaki) hampir mustahil. Dr. Demetriades (USC) menyebut bahwa “jika seseorang jatuh dari ketinggian lebih dari 60 kaki, biasanya fatal, dan sangat sulit, atau harus ada mukjizat, agar seseorang selamat dari lebih dari 80 kaki”*. Peristiwa Joan jelas berada jauh di atas ambang itu. Bahkan studi statistik menyebutkan peluang selamat dari jatuh 14.500 kaki secara normal mendekati nol.
Namun, ada faktor lain yang membantu mengurangi dampak kejatuhan. Kecepatan terminal tubuh tanpa parasut dapat mencapai sekitar 241 km/jam (150 mph) bila posisi jatuh vertikal. Pada kasus Murray, tanah lapang bersifat sedikit merata, dan tubuhnya mendarat relatif menyamping, sehingga benturan tidak sepenuhnya ke kepala.
Cara mendarat dan deformasi tubuh (dengan posisi berputar) turut memecah energi tumbukan. Selain itu, tubuh kecil dan elastis (dan mungkin udara memencar di sekitar tubuh jatuh) sebenarnya sedikit memperlambat kecepatan jatuhnya. Ditambah, sengatan semut api yang bertubi-tubi menyebabkan naiknya kadar hormon katekolamin (adrenalin, noradrenalin) yang pada akhirnya membantu mempertahankan aliran darah ke jantung dan organ vital.
Dalam konteks kesehatan, tubuh yang sehat tentu punya peluang lebih baik pulih. Joan diketahui cukup menjaga kebugarannya, termasuk asupan nutrisi penting. Misalnya, konsumsi vitamin C diketahui dapat memperkuat daya tahan tubuh saat pemulihan. Informasi tentang nutrisi dan suplemen semacam ini telah dibahas dalam artikel 10 Manfaat Vitamin C yang Penting untuk Kesehatan.
Demikian juga, gaya hidup sehat termasuk pemilihan minuman seperti kopi atau teh yang berfokus pada manfaat kesehatan, dibahas dalam artikel Kopi atau Teh? 9 Perbandingan Kopi dan Teh untuk Kesehatan. Meskipun pilihannya di detik jatuh itu bukan kopi ataupun teh, menjaga tubuh dengan gaya hidup sehat tetap penting dalam proses pemulihan pasca trauma.
Setelah melewati masa kritis, Joan menjalani rehabilitasi panjang. Meski seluruh tubuhnya remuk, ia menunjukkan kemauan kuat untuk bangkit. Dua tahun setelah kecelakaan, di usianya yang hampir 50, ia kembali terjun payung untuk merayakan hidupnya yang baru. Keputusannya terjun lagi itu dilandasi oleh semangat pantang menyerah, ia menolak menganggap dirinya cacat atau pensiun dini dan malah ingin menyelesa sebuah misi pribadi.
Sepanjang hidupnya pascakejadian, perubahan sikap menjadi jelas. Murray berkata bahwa pengalaman nyaris mati itu mengajarkannya untuk lebih menghargai waktu dan orang terdekat. Ia sering kali mengungkapkan “I Love You” dan ucapan terima kasih berkali-kali kepada keluarga setelah kejadian itu. Semangat positif inilah yang membuat banyak orang kagum.
Bahkan saat usia menua, ia tetap aktif, selain melanjutkan kariernya di bank, ia juga menyempatkan diri untuk bergaul dengan teman-teman skydivernya dan membagikan kisahnya untuk menginspirasi. Joan Leslie Murray akhirnya meninggal dunia pada 23 Mei 2022 setelah berjuang melawan kanker selama lebih dari dua tahun.
Kisah Joan Murray menarik perhatian media dan netizen di seluruh dunia. Sejak viral lewat unggahan di media sosial, cerita ini mendapatkan tanggapan luas. Misalnya, Kompas.com memberitakan bahwa sebuah postingan di Twitter (X) tentang Murray telah dilihat puluhan juta kali, disukai puluhan ribu pengguna, dan di-retweet ribuan kali. Media Indonesia seperti Kumparan juga meliput ceritanya dalam rubrik berita viral, menyoroti bagaimana “mukjizat” terjadi saat Joan mendarat tepat di sarang semut api. Banyak netizen memberikan komentar mengharukan, seperti “Memang cara Tuhan menyelamatkan hambanya sulit kita duga” dan “Di balik musibah pasti ada hikmah”.
Media internasional pun ikut menyoroti keajaiban ini. Situs berita seperti Upworthy dan Unilad memuat cerita Murray sebagai kisah langka yang tidak dapat dijelaskan secara logika biasa. Mereka menekankan unsur adrenalin dan keajaiban semut api yang membantunya hidup. Bersama dengan reaksi positif publik, cerita Joan Murray menjadi pengingat bahwa keajaiban bisa muncul dari situasi paling kelam.