Kelamin bayi perempuan berdarah saat baru lahir sering membuat orang tua panik. Kalian mungkin bertanya, apakah kondisi ini normal atau berbahaya? Banyak fakta medis menyebut bahwa perdarahan ringan dari vagina pada bayi perempuan pasca lahir umumnya normal karena perubahan hormon ibu. Menurut Seattle Children’s Hospital (melalui situs AAP KidsDoc), perdarahan ini disebut false menses – reaksi penurunan tiba-tiba hormon estrogen ibu setelah bayi lahir.
Biasanya, perdarahan muncul di hari ke-2 hingga ke-10 setelah lahir dan berhenti dalam 3–4 hari. Meski begitu, Kalian tetap perlu mengetahui penyebab dan tanda-tanda bahaya agar bisa mengambil langkah tepat bila diperlukan.
Pada bayi perempuan yang baru lahir, hormon ibu berperan besar. Saat di dalam kandungan, bayi terpapar hormon estrogen ibu yang tinggi untuk membantu perkembangan organ reproduksi. Setelah lahir, kadar estrogen tersebut turun drastis, sehingga lapisan dinding rahim (endometrium) yang sudah berkembang bereaksi dengan mengeluarkan sedikit darah. Kondisi ini dikenal sebagai menstruasi neonatus atau neonatal uterine bleeding, yaitu semacam “menstruasi palsu” yang terjadi pada 2 hingga 10 hari pertama kelahiran.
Pakar pediatri menegaskan bahwa fenomena ini bersifat fisiologis dan sementara. Menurut dr. Piprim selaku Ketua IDAI, bayi perempuan bisa mengalami perdarahan mirip menstruasi akibat faktor hormonal, mirip gejala pembesaran payudara sementara. Artikel di jurnal Sejawat oleh dr. Suci Sasmita juga menyebut bahwa perdarahan menstruasi neonatus adalah peristiwa fisiologis yang tidak memerlukan perhatian klinis khusus. Hanya sekitar 5% bayi perempuan yang mengalaminya, jadi meski jarang tetap perlu dipahami.
Penyebab keluar darah pada bayi perempuan baru lahir dapat dirangkum sebagai berikut:
Berikut tabel perbandingan singkat antara perdarahan normal pada bayi baru lahir dengan perdarahan yang mencurigakan:
Kondisi | Perdarahan Neonatal (Normal) | Perdarahan Abnormal/Penyebab Lainnya |
---|---|---|
Waktu muncul | Hari ke-2–10 setelah lahir | Bisa terjadi kapan saja, terutama saat bayi lebih besar |
Jumlah darah | Hanya bercak sedikit (beberapa tetes) | Banyak atau menetap terus |
Durasi | Hanya beberapa hari (±3–4 hari) | Lebih lama, kadang bertubi-tubi |
Penyebab umum | Penurunan hormon estrogen ibu | Infeksi, trauma, benda asing di vagina, gangguan darah |
Gejala pendamping | Mungkin ada keputihan putih ringan, payudara membesar kecil | Demam, kemerahan, nanah, luka, bau tidak sedap |
Penanganan orang tua | Observasi & jaga kebersihan, pemantauan | Perlu pemeriksaan medis, pengobatan sesuai penyebab |
Dari tabel di atas terlihat bahwa perdarahan neonatus ringan berbeda jauh dengan perdarahan yang disebabkan masalah serius. Selalu perhatikan tanda-tanda pada kolom “mencurigakan” di atas.
Pada umumnya, perdarahan neonatus bersifat ringan dan spontan hilang. Namun, ada beberapa tanda bahaya yang harus Kalian waspadai:
Menurut rekomendasi medis, perdarahan neonatus sebaiknya berhenti dalam 3-4 hari. Jika perdarahan tidak berhenti atau ada tanda-tanda di atas, segera konsultasi ke dokter anak terdekat. Dr. Piprim (IDAI) juga menekankan bahwa setiap kasus perdarahan harus dipastikan penyebabnya oleh tenaga medis. Jangan tunda memeriksakan ke dokter bila Kalian ragu, karena pemeriksaan lebih awal akan memastikan bayi mendapatkan perawatan tepat jika diperlukan.
Saat menghadapi kondisi ini, ada beberapa langkah awal yang bisa Kalian lakukan di rumah sebelum atau sambil menunggu pemeriksaan dokter:
Langkah-langkah sederhana ini dapat membantu menjaga bayi tetap nyaman. Jika Kalian merasa perlu, bawa bayi ke puskesmas atau rumah sakit untuk pemeriksaan. Dokter anak biasanya akan memastikan tidak ada luka atau kelainan lain, dan memberikan arahan perawatan lebih lanjut jika diperlukan.
Ya, umumnya normal pada hari-hari pertama kelahiran. Perdarahan ringan ini disebut menstruasi neonatus karena mirip menstruasi tapi hanya bersifat sementara. Selama jumlahnya sedikit dan bayi sehat, ini adalah reaksi fisiologis terhadap penurunan hormon ibu.
Penyebab utamanya adalah hormon ibu. Setelah bayi lahir, hormon estrogen dan progesteron yang tinggi selama di rahim menurun drastis. Penurunan hormon estrogen ini bisa memicu lapisan rahim bayi meluruh sedikit, sehingga muncul darah vagina ringan. Istilah medisnya neonatal uterine bleeding atau false menses.
Perdarahan normal biasanya hanya bertahan beberapa hari (±3–4 hari) setelah mulai muncul. Jika lebih lama atau jumlahnya banyak, segera waspada. Kalian harus khawatir bila darah tetap keluar setelah lebih dari seminggu, atau jika muncul gejala lain seperti demam, kemerahan nanah pada kemaluan, atau bayi tampak sakit.
Pertama, jangan panik. Perhatikan dan catat kondisi darahnya (tanggal, banyaknya, durasi). Lakukan perawatan ringan di rumah, bersihkan area genital dengan air hangat saat ganti popok, jaga area tetap kering dan bersih, hindari sabun/bedak. Pantau juga tanda lain pada bayi (demam, lekas lelah). Jika perdarahan hanya sedikit dan bayi tampak baik, lanjutkan observasi. Namun, jika darah banyak/berlangsung lama atau ada gejala mencurigakan, segera bawa ke dokter anak untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Sumber :