Luhut Binsar Pandjaitan dan Badai Kritik Netizen

Luhut Binsar Pandjaitan adalah salah satu menteri favorit Jokowi yang memegang banyak posisi strategis (Menko Maritim & Investasi, Kepala Staf Kepresidenan, Ketua DEN, dsb). Kehadiran Luhut di hampir setiap isu politik dan ekonomi membuat ia menjadi sorotan utama. Namun, dalam beberapa tahun terakhir Luhut justru lebih banyak menuai kritik dan kecaman di media sosial.

Banyak netizen menilai ia terlalu intervensi, kurang sensitif terhadap rakyat kecil, serta kadang mengeluarkan pernyataan kontroversial. Fenomena ini memicu beragam pertanyaan, mengapa Luhut sering diserang warganet? Apa saja kebijakan atau ucapan Luhut yang memancing kemarahan publik? Artikel ini merangkum jejak kontroversi Luhut sejak era pemerintahan Jokowi hingga sekarang, lengkap dengan kutipan nyata dari netizen dan opini publik yang pedas.

Latar Belakang Singkat Luhut Pandjaitan

Luhut Binsar Pandjaitan adalah purnawirawan jenderal TNI dan politikus Golkar yang sejak awal era Jokowi (2014) dipercaya memegang berbagai jabatan penting. Ia pernah menjadi Kepala Staf Kepresidenan (2014–2015), kemudian menjadi Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan pada 2015, dan sejak 2019 menjadi Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi (Marves).

Selain itu Luhut juga ditunjuk sebagai Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN). Karena kiprahnya yang meluas, netizen bahkan menjulukinya “Menteri Segala Urusan”. Namun kepercayaan tinggi itu ternyata seiring dengan tanggung jawab besar, dan setiap kebijakan atau pernyataannya berpotensi menimbulkan pro-kontra.

Selama era Jokowi, Luhut banyak terlibat dalam proyek strategis (misalnya Ibu Kota Negara baru, proyek mobil listrik) dan kebijakan ekonomi (penanganan pandemi Covid, tenaga kerja asing, proyek infrastruktur). Setelah era Jokowi berakhir dan era Prabowo Subianto dimulai (paska Pemilu 2024), Luhut tetap berkiprah di pemerintahan baru sebagai Ketua DEN.

Artinya, dari pemerintahan Jokowi hingga Prabowo, kiprah Luhut tak pernah surut. Di setiap periode itu, warganet terus memantau dan mengkritik tindak-tanduknya. Baik saat menjadi pembantu Presiden Jokowi maupun di era kepresidenan Prabowo (2024–2029), Luhut kerap disebut dalam tagar dan opini publik yang kurang bersahabat.

Tuduhan Kolusi dan Nepotisme dalam Bisnis Pemerintah

Tuduhan Kolusi dan Nepotisme dalam Bisnis Pemerintah ~ Luhut Binsar Pandjaitan

Salah satu sumber besar kecaman netizen terhadap Luhut adalah terkait isu kolusi dan nepotisme. Misalnya, pada akhir 2021 Luhut dilaporkan ke polisi bersama Menteri BUMN Erick Thohir atas dugaan kolusi dan nepotisme dalam bisnis tes PCR Covid-19. Kompas.com melaporkan bahwa Ketua ProDemetrius (ProDEM) Iwan Sumule menuding Luhut-Erick memiliki saham di perusahaan penyedia tes PCR, sehingga terlibat langsung dalam proyek tersebut.

Berita semacam ini membuat banyak orang meragukan integritas Luhut. Netizen di media sosial bertanya-tanya,“Menteri kok bisa pegang saham proyek?” dan mereka menyebarkan sindiran di Twitter/Instagram. Tuduhan serupa muncul terkait proyek penambangan atau IKN, yang memicu anggapan bahwa Luhut lebih mengedepankan kepentingan bisnis pribadinya daripada kepentingan publik.

Isu nepotisme lain menimpa keluarga atau orang dekat Luhut. Misalnya ada kabar keponakan Luhut ditunjuk sebagai petinggi di perusahaan BUMN baru (Danantara) sehingga menuai tuduhan nepotisme. Walaupun Luhut sendiri menyangkal terlibat, pemberitaan seperti itu memperkuat citra negatif di mata warganet. Secara umum, publik melihat Luhut sebagai bagian dari elit yang dinilai terlibat dalam transaksi bisnis pemerintah, sehingga beragam pernyataannya di media sering disorot dengan kecurigaan.

Kontroversi Tenaga Kerja Asing (TKA) dan Pengaruh Asing

Persoalan kebijakan tenaga kerja asing (TKA) kerap dikaitkan dengan Luhut. Pada 2020 misalnya, Luhut mengumumkan rencana mendatangkan 500 tenaga kerja asing asal Tiongkok untuk proyek smelter di Sulawesi Tenggara. Ia berdalih TKA itu adalah “ahli teknologi”, dan bahwa kedatangan mereka akan menciptakan 5.000 lapangan kerja baru. Dalam konferensi pers, Luhut mengatakan, “Ahli bukan lapangan kerja tukang pacul… kalau ada yang ribut-ribut itu merusak masa depan generasimu,” menegaskan pandangan pragmatisnya tentang kehadiran TKA.

Namun pernyataan itu dianggap oleh banyak warganet meremehkan kekhawatiran rakyat kecil. Mereka protes bahwa Luhut terlalu cepat-alas memanggil pengkritiknya “merusak generasi muda”. Tulisan opini dan meme bermunculan, menggambarkan Luhut sebagai sosok yang terlalu mendukung kepentingan investor asing daripada tenaga kerja lokal.

Lebih terkini, saat Presiden Jokowi menunjuk Luhut menjadi Ketua Satgas Percepatan Investasi IKN (Ibu Kota Negara), Luhut menyebut akan menggunakan “mandor bule” (pengawas bangunan asing) untuk memastikan kualitas istana di ibu kota baru. Pernyataan ini langsung memicu kontroversi. Warganet mempertanyakan, mengapa tidak menggunakan tenaga ahli Indonesia? Bahkan sebagian netizen menautkan komentar “mandor bule” dengan isu ekspor pasir laut yang juga melibatkan kebijakan Luhut.

Dalam kaitan isu IKN, kritik netizen menilai Luhut terlalu sering bekerja dengan pihak asing, hingga menimbulkan kecurigaan ada kepentingan terselubung. Semua itu menambah citra negatif di mata publik bahwa Luhut lebih peduli pada modal asing daripada kebutuhan rakyat kecil.

Pernyataan Kontroversial dan Respons Publik

Pernyataan Kontroversial Luhut Binsar Pandjaitan dan Respons Publik

Luhut juga dikenal sering membuat pernyataan blak-blakan yang tidak selalu diterima baik oleh publik. Beberapa pernyataannya menjadi bahan sindiran netizen. Misalnya, terkait kenaikan kurs rupiah yang menembus Rp15.000 terhadap dolar AS (2018), Luhut menyepelekan kekhawatiran dengan berkata “angka inflasi masih bagus, utang kita masih rendah… [rupiah melemah] tidak ada masalah untuk pendanaan”. Netizen geram dan ramai-ramai membully ucapan itu. Salah satu cuitan pedas berbunyi:

  • tak perlu risau palamu… Lo enak dikasih makan oleh negara. Rakyat kecil lo yang ngasih makan??

menggambarkan kemarahan rakyat kecil yang merasa diabaikan. Komentar-komentar lain menyindir Luhut sebagai “peternak dolar” karena katanya membeli dolar untuk diperdagangkan.

Kasus pernyataan kontroversial lain adalah tentang Operasi Tangkap Tangan (OTT) KPK. Pada akhir 2022 Luhut mengungkapkan bahwa KPK tidak perlu sering-sering melakukan OTT, karena hal itu “membuat negara jelek” dan lebih baik fokus pencegahan. Pernyataan “OTT-OTT itu kan enggak bagus sebenarnya buat negeri ini, jelek banget” membuat netizen dan bahkan pejabat lain bereaksi keras.

Warganet segera menyebutnya “kacau banget ya orang ini… kalau nggak ditangkap koruptornya makin merajalela”. Ada yang menulis “Agak laen emang opung ini”, sindiran bahwa Luhut sudah terlalu tua dan tidak memahami proses antikorupsi. Komentar lain: “Lah kan memang tugas KPK itu tangkap koruptor, bukan mencegah terus”, mempertanyakan penjelasan Luhut. Semua kritik ini mencerminkan kekecewaan netizen karena merasa Luhut “tidak mendukung kerja KPK”.

Kepekaan politik Luhut yang tinggi pun terlihat di berbagai kesempatan lain. Misalnya saat relawan memakai meme “Indonesia Gelap” sebagai bentuk protes, Luhut dengan nada mencibir berkata “yang gelap kau, bukan Indonesia” (merujuk pada kritikus yang mengatakan bangsa ini gelap). Pernyataan seperti itu membuat netizen mengecam balik.

Secara umum, strategi Luhut menyepelekan protes atau menyerang balik pengkritik justru menimbulkan kebencian lebih besar. Netizen memandang Luhut seringkali gagal menangkap apa yang dirasakan rakyat biasa, lalu memukul balik para pengkritik dengan sindiran pedas.

Program Kebijakan dan Kutukan “Santun” Kritik

Dalam beberapa tahun terakhir, Luhut juga kerap menjadi juru bicara pemerintah dalam meluncurkan program-program sosial. Misalnya ia berperan aktif dalam rencana program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas Presiden Prabowo. Setiap kali program ini dikritik (misalnya soal anggarannya yang besar dan pelaksanaannya), Luhut membalas dengan menasihati warga agar memberi waktu pelaksanaan.

Ia menyindir pengkritik MBG bahwa “waktu jadi pejabat, maling juga” atau menanyakan “jangan cepat-cepat kritik, lihat dulu program ini berjalan”. Meskipun niatnya melindungi program yang ia anggap baik, banyak netizen menganggap Luhut kurang sopan. Kata-kata seperti “jangan sok tahu” atau “kalau nggak mau dikritik pindah saja ke luar negeri” kerap beredar sebagai tanggapan nyinyir.

Pada bulan Maret 2025, misalnya, Luhut sempat mengimbau agar masyarakat memberi kritik “dengan cara sopan dan santun, sesuai budaya Indonesia”. Akan tetapi, himbauan ini justru disambut tandingan. Aktor Fedi Nuril yang sekaligus warganet aktif, mengingatkan Luhut bahwa selama ini pejabat dan elite kerap melontarkan hinaan kasar seperti “yang gelap kau”, “ndasmu”, “otak kampungan”.

Ia menulis, “Sebagai pembantu Presiden, sebaiknya Luhut menasihati dirinya sendiri dan presiden juga”, mengutip sederet umpatan publik tersebut. Kutipan Fedi yang menyindir senior seperti ini banyak dibagikan ulang warganet, menjadi bahan olok-olokan bahwa Luhut tidak konsisten mengajarkan kesantunan.

Lebih jauh lagi, pada tahun 2024 Luhut sempat mengaku frustrasi terhadap kritik berulang kepada pemerintah. Ia mengaku kesal dan menyarankan kritik yang selalu negatif agar orang-orang “angkat kaki dari Indonesia”. Komentar Luhut tersebut memancing kritik balik dari pengamat politik dan netizen : “Betul, negara bebas demokrasi, kenapa elit malah melarang kritik?” kata Direktur Parameter Politik Adi Prayitno.

Internalisasi saran pindah itu menambah daftar alasan mengapa Luhut banyak menjadi target kemarahan online, netizen merasa tidak hanya kebijakan, tetapi juga nada bicara Luhut yang arrogan. Pernyataan keras Luhut ini, walaupun ia ungkapkan rasa bangganya pada capaian pemerintah, malah membuat citranya di kalangan warganet semakin negatif.

Respons Netizen: Kutipan Nyinyir dan Geram

Warganet tidak segan memberikan balasan pedas pada Luhut di berbagai platform. Berikut beberapa contoh komentar yang mencerminkan sentimen negatif mereka:

  • Wajah_pribumi (@RRabrusun) menyindir, “tak perlu risau palamu… Lo enak dikasih makan oleh negara. Rakyat kecil lo yang ngasih makan?? Lo yang ngasih kerjaan, kritik dia keras”. Komentar ini mengolok pernyataan Luhut soal rupiah, menuduh dia tak peduli rakyat kecil.

  • Seorang pengguna KiraPras menulis, “kacau banget ya orang ini.. niat bangun negara apa bubarin negara secara pelan-pelan sih…”, mengkritik saran Luhut agar KPK tak sering OTT.

  • Netizen titow mengejek, “agak laen emang opung ini”, seakan mengatakan Luhut hanya “opung” (kakek) yang sudah tidak nyambung zaman.

  • Akun @Yusal83901326 di Twitter menilai Luhut “adalah peternak dolar AS, sehingga semakin tinggi dolar, semakin untung baginya”, sehingga “Makanya seneng dolar tinggi… tidak ada simpati ke rakyat”. Ini mengolok perhitungan Luhut soal kurs rupiah.

  • Aktor Fedi Nuril dikutip netizen mengingatkan Luhut bahwa dirinya pun pernah melontarkan umpatan “yang gelap kau, n(d)asmu, otak kampungan” terhadap pengkritik lain. Kalimat sindiran ini ramai dibagikan untuk menyoroti hipokrisi sikap Luhut.

Banyak komentar lain juga muncul di media sosial Indonesia. Singkatnya, pola komentar netizen adalah tampak geram, sinis, dan bahkan menyerang karakter Luhut. Mereka menyebut Luhut tidak peka, jauh dari “rakyat biasa”, dan lebih proelitis. Kritik ini diperkuat oleh judul-judul berita satire dan meme yang melabeli Luhut sebagai “Lord Luhut”, “Menteri Segala Urusan”, atau berbagai sindiran pedas lainnya. Kecewa dan ketidakpuasan warganet juga sering diungkapkan melalui tagar seperti #UsirLuhutDariIndonesia atau #LuhutSomasiAktivis. Dengan kata lain, sikap netizen terhadap Luhut sangat negatif, kebanyakan menyatakan tidak puas dan bahkan marah pada segala tindakannya.

Opini dan Penyebab Kebencian Netizen

Apa sebenarnya yang membuat Luhut “banyak dibenci” warganet? Dari ringkasan di atas, beberapa alasan utama tampak menonjol:

  1. Kesannya elit dan jauh dari kebutuhan rakyat biasa. Banyak komentar menyindir bahwa Luhut tidak mengerti “sakitnya rakyat”, karena gajinya tinggi dan lebih sering bergaul dengan investor/pejabat. Pernyataan seperti “Lo enak dikasih makan oleh negara” menegaskan anggapan netizen bahwa Luhut terlepas dari realitas kehidupan masyarakat kecil.

  2. Perilaku responsif yang tajam dan berkesan arogan. Saat dikritik, Luhut kerap membalas dengan nada pedas, menyebut pengkritik “jelek”, mengolok “orang gelap”, atau menyuruh “pindah saja ke luar negeri”. Sikap ini dianggap netizen sebagai cara otoriter yang bertolak belakang dengan nilai demokrasi dan sopan santun.

  3. Keterlibatan dalam isu kontroversial. Kebijakan Luhut mengenai TKA asing, proyek-proyek IKN, dukungan eksploitasi sumber daya (ekspor pasir laut), dan program berbiaya besar (MBG) menjadi sorotan. Netizen menilai ia sering berada di balik keputusan yang dinilai merugikan kepentingan domestik.

  4. Isu integritas (nepotisme dan kolusi). Tuduhan keterlibatan Luhut dalam bisnis tes PCR, penunjukan orang-orang dekatnya, hingga mobilisasi dana pemerintah menambah wibawa negatif. Meski belum terbukti secara hukum, narasi “Luhut profith” sangat menyebar di kalangan netizen.

  5. Label “semua bisa dikerjakan” tapi hasilnya diragukan. Julukan “Menteri Segala Urusan” sekaligus “Lord Luhut” mencerminkan sindiran publik yang merasa Luhut ikut campur banyak urusan. Kecepatan Luhut turun tangan bahkan di hal-hal teknis sering dipertanyakan efektivitasnya.

Secara keseluruhan, Luhut dianggap mewakili kepentingan kelompok atas dan gaya pemerintahan yang keras. Netizen, terutama generasi muda dan aktivis, banyak yang protes terhadap apa yang mereka sebut “sikap otoriter” atau “anti-kritik”. Akibatnya, berbagai cuitan, komentar, dan meme negatif terus dibuat. Dalam konteks SEO dan media, artikel “Luhut Binsar Pandjaitan kecaman netizen” pun banyak dicari. Strategi pemberitaan yang kritis terhadap Luhut kini dianggap oleh sebagian orang sebagai ‘mewakili’ keluhan rakyat kecil yang merasa terabaikan.

Kesimpulan

Luhut Binsar Pandjaitan adalah figur penting dengan peran sangat luas dalam pemerintahan Jokowi hingga Prabowo. Namun, reputasinya di mata banyak warganet justru berbalik menjadi sosok kontroversial. Banyak kebijakan dan pernyataan Luhut yang memancing kemarahan publik. Netizen menilai Luhut terlampau proelitis, kurang berempati, dan sering menanggapi kritik dengan nada merendahkan.

Dari kebijakan tenaga kerja asing, tuduhan korupsi-nepotisme, hingga seruan “kritik santun atau pindah saja”, setiap langkahnya terus dicermati dan direspons keras oleh masyarakat online. Kutipan-kutipan netizen di media sosial menggambarkan kemarahan tersimpan, dari sindiran kasar sampai pertanyaan pedas “apa manfaatmu buat bangsa ini?”. Bagaimanapun juga, fenomena gelombang kritik ini menunjukkan bahwa Luhut harus berhati-hati menjaga citra publiknya.

Daftar Pustaka: Artikel ini disusun berdasarkan laporan dan kutipan dari media Indonesia serta unggahan netizen yang relevan. Informasi di atas telah dirujuk dari sumber-sumber terpercaya seperti Bisnis.com, Kompas.com, Detik Finance, RM.id, Medcom, Suara.com, dan lainnya.

Referensi:

You might also like
Anomali Tung Tung Sahur dan Hak Cipta AI, Kontroversi Noxa vs Garena

Anomali Tung Tung Sahur dan Hak Cipta AI, Kontroversi Noxa vs Garena

Joan Murray: Keajaiban Penerjun Payung yang Jatuh dari 4.400 Meter

Joan Murray: Keajaiban Penerjun Payung yang Jatuh dari 4.400 Meter

Bahlil Lahadalia: Kontroversi dan Kecaman Netizen di Era Prabowo-Gibran

Bahlil Lahadalia: Kontroversi dan Kecaman Netizen di Era Prabowo-Gibran

Nikel: Logam Strategis yang Dicari Dunia

Nikel: Logam Strategis yang Dicari Dunia